Begini Obrolan dengan Pianis dan Komponis Ananda Sukarlan Menjelang Konser Premiere Tembang Puitik

Pianis dan komponis Ananda Sukarlan bersama Pulo Lasman Simanjuntak
Pianis dan komponis Ananda Sukarlan bersama Pulo Lasman Simanjuntak. (f/ist)

Buat saya, karya seni harus mencerminkan situasi atau kejadian saat ini, karena buatku karya seni adalah dokumentasi sejarah tapi dalam bentuk artistik yang mengena langsung ke emosi, sehingga kita bisa lebih merasakan situasi bersejarah yang bukan sekedar menghafal data-data yang dingin. Seni lah yang membantu kita memahami sejarah dan belajar untuk menjadi lebih baik dan progresif.

Puisi-puisi bang Lasman, Tan Lioe Ie, Prof. Tengsoe Tjahjono, Zawawi Imron dan Ubai Dillah Al Anshori yang akan kami mainkan Minggu depan sangat menggambarkan situasi sekarang. Kalau soal puisi-puisi tentang cinta dan hal-hal lainnya saya biasanya bikin kalau sedang iseng saja, atau sedang jatuh cinta hahaha …..

PLS : Para pemain yang anda undang untuk ikut itu adalah para pemenang kompetisi Piano Nusantara Plus dan Ananda Sukarlan Award (ASA) ya. Apa beda KPN+ dan ASA?

Bacaan Lainnya

AS : Kompetisi Piano Nusantara Plus ( KPN+ ) itu lebih “ramah”, bisa untuk anak-anak yang belum pernah mengikuti kompetisi bahkan. Ini adalah kali pertama kompetisi musik klasik membuka kesempatan pemusik semua instrumen untuk bergabung, tentu saja termasuk vokal klasik di kategori Tembang Puitik.

Dan ini “terinspirasi” oleh saya sendiri yang sudah melakukannya sejak ASA tahun lalu, meskipun ASA masih terbatas kategorinya. Saya sebagai ketua jurinya kebetulan berprofesi sebagai komponis, yang dulu waktu kuliah “terpaksa” belajar memainkan semua instrumen walaupun hanya basic technique saja. Jadi saya mengerti seluk-beluk berbagai instrumen lain, baik gesek maupun tiup. Tapi dengan seiringnya waktu, saya sudah bekerja dengan musikus berbagai instrumen untuk bisa mendalaminya lebih jauh.

Untuk ASA, karena level-nya lebih tinggi, saya juga mengajak juri lain di instrumen bidangnya, untuk tahun 2025 ini saya mengajak Alice Cahya Putri (soprano lulusan Hungaria dan kini mengajar di Singapura) dan Eric van Reenen (pernah menjadi pemain oboe Philharmonie Zuidnederland dan sekarang tinggal di Cina sebagai pemain oboe solois) serta beberapa juri lain.

Masih ada satu lagi nilai tambah yang unik dari kompetisi Piano Nusantara Plus, karena saya menaruh perhatian besar pada dunia pendidikan untuk teman-teman disabilitas dan berkebutuhan khusus. Kami membuka kategori Non Kompetisi yang bisa diikuti pemusik berkebutuhan khusus dan disabilitas fisik.

PLS : Kenapa Anda tertarik dengan isu disabilitas?

AS : Ya saya juga lahir dengan Asperger’s Syndrome kan. Dan saya merasakan bagaimana hidup di masyarakat yang masih belum sadar dan ramah terhadap disabilitas, terutama waktu saya kecil. Jadi saya tahu bagaimana rasanya “berbeda” dengan kebanyakan orang.

Makanya saya banyak bekerja untuk teman-teman yang mengalami hal yang sama untuk menunjukkan bahwa kami hanya berbeda, tapi kami tidak kurang atau cacat. Kalau ada kesempatan, kami juga bisa berkontribusi sebagai anggota masyarakat yang berguna.

Saya telah bekerjasama dengan Fundacion Musica Abierta di Spanyol untuk membuat musik bagi anak-anak yang secara fisik berkebutuhan khusus (disabled), misalnya hanya satu tangan atau beberapa jari saja yang berfungsi.

Baca berita Ayonusa.com lainnya di Google News

ADVERTISEMENT

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *