Puisi ‘Meditasi Batu’ Karya Pulo Lasman Simanjuntak Cocok untuk Lirik Lagu

Penyair dan Sastrawan Ahmadun Yosi Herfanda, pendiri Komunitas Sastra Indonesia (KSI) (kiri) dan Prof. Dr. Wahyu Wibowo, Dosen Mata Kuliah Filsafat Bahasa di Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Nasional (UNAS) Jakarta
Penyair dan Sastrawan Ahmadun Yosi Herfanda, pendiri Komunitas Sastra Indonesia (KSI) (kiri) dan Prof. Dr. Wahyu Wibowo, Dosen Mata Kuliah Filsafat Bahasa di Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Nasional (UNAS) Jakarta. (f/ist)

“Puisi ‘Meditasi Batu’ di atas tadi melahirkan pertanyaan menikam pertarungan? Kalau imaji penyair Pulo Lasman Simanjuntak dipahami secara gamblang, agaknya kita akan kesulitan menggambarkan apa yang dikesankan dalam puisi tersebut,” ucap Prof.Dr.Wahyu Wibowo yang dikenal sebagai Penyair dan Sastrawan Angkatan 2000.

Apalagi, kalau kita menjejak pada prinsip ‘kebebasan penyair’, yang oleh karena itu justru menjauhkan kita dengan ‘maunya’ Lasman Simanjuntak.

Juga apalagi jika kita melihat kolokasi lanjutan dari karya puisi Pulo Lasman Simanjuntak “manusia lama”, ” tanah berbuah”, atau “meditasi batu”. Teori apa pun untuk menguak imaji tersebut pasti gagal, dan karena gagal, maka sajak Lasman Simanjuntak menjadi gagal.

Bacaan Lainnya

Beruntung, ada prinsip yang mengiringi istilah ‘kebebasan penyair’ itu tadi, yakni prinsip berbahasa yang disebut “verdiktif”, yaitu dampak atau respons estetik yang muncul dari pembacanya terhadap suatu puisi.

“Dalam prinsip ini, dimungkinkan seorang penyair akan tersingkir dari imaji pada sajaknya, karena imajinya diambil-alih oleh pembacanya,” jelasnya.

Dengan kata lain, sajak Pulo Lasman Simanjuntak tersebut akan dikonstruksikan oleh para pembacanya dengan hasil yang berbeda-beda, atau tiap pembaca akan memiliki respons estetis yang berbeda-beda.

Dan, itu amat sah, mengingat awal penciptaan puisi pada umumnya dilandasi oleh imaji (gambaran/bayang-bayang) penyairnya terhadap apa pun yang ada di kepalanya.

Verdiktivitas itulah yang menegaskan bahwa puisi “Meditasi Batu” adalah meditasi yang amat tekun, sangat terfokus, amat serius, sehingga ibarat membatu, yang jika dibandingkan dengan sebuah pertarungan, si aku liris berhasil menguasai meditasinya (teknik relaksasi dalam memusatkan pikiran) dengan menikam/membungkamnya tanpa menggunakan belati.

“Hening. Terpusat. Tidak seperti umumnya orang biasanya bermeditasi yang tanpa hasil. Pulo Lasman Simanjuntak secara verdiktif, berhasil mencapai puncak ekstasinya. Mungkin, ini juga dipengaruhi oleh pengalaman ekstra literernya sebagai pelayan gereja,” pungkasnya.

Baca berita Ayonusa.com lainnya di Google News

ADVERTISEMENT

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *