Eksistensi Diri
“Puisi ‘Meditasi Batu’ karya Penyair Pulo Lasman Simanjuntak menggambarkan eksistensi diri yang tertutup, sedangkan eksistensi manusia itu selalu terbuka dalam hal hubungan sosial,” ujar Penyair Giyanto Subagio yang sering baca puisi di Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB.Jassin, TIM, Jakarta ini.
Sehingga bisa dikatakan puisi tersebut mewakili jiwa sang penyairnya yang sedang dalam proses pendakian jalan spiritual.
Meditasi adalah sebuah proses refleksi diri atau merenung dalam membaca nilai-nilai keilahian atau Tuhan.
Kehidupan adalah sebuah pertarungan, akan tetapi bukan kalah atau menang. Kemenangan sejati adalah ketika manusia sanggup melawan nafsu yang ada dalam diri.
Bayangan hitam bisa ditafsirkan sebagai simbol nafsu pada diri manusia. Hal ini tergambarkan dalam pertunjukan wayang. Esensi wayang adalah bayang-bayang. Kayon atau layar hanya media dalam adegan wayang oleh sang dalang.
” Menjadi manusia baru itu artinya harus bebas dan lepas serta merdeka dari penjajahan nafsu. Atau bisa juga disebut menjadi manusia sejati itu harus lepas dari bayangan hitam diri sendiri,” pungkasnya. (*)
Kontributor : Lasman Simanjuntak








