Sepak bola sebagai olahraga paling populer di dunia, memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam masyarakat. Tidak hanya sebagai hiburan, tetapi juga sebagai alat ekspresi politik dan kebudayaan. Hubungan antara sepak bola dan politik telah ada selama bertahun-tahun.
Oleh: Attar Zaidan Marundruri
Ayonusa.com – Sepak bola bukan sekedar olahraga. Ia memiliki kemampuan unik untuk menyatukan jutaan orang di seluruh dunia dalam semangat persatuan dan solidaritas. Ketika sebuah tim nasional bermain, orang-orang dari berbagai latar belakang, agama, dan budaya berkumpul untuk mendukung warna bendera mereka.
Ini adalah pemandangan yang luar biasa yang memperlihatkan potensi besar olahraga dalam membentuk identitas nasional dan mempromosikan persatuan.
Namun, kekuatan ini juga memiliki sisi lain yang kompleks. Politik seringkali berperan dalam pengaturan sepak bola, baik di tingkat nasional maupun internasional. Federasi sepak bola, seperti FIFA (Fédération Internationale de Football Association) dan UEFA (Union of European Football Associations), memiliki peran penting dalam mengatur kompetisi sepak bola, dan mereka seringkali terlibat dalam permainan politik.
Contohnya, pemilihan tuan rumah Piala Dunia atau keputusan tentang penyelenggaraan kompetisi tertentu seringkali dipengaruhi oleh pertimbangan politik, seperti hubungan diplomatik antara negara-negara atau isu-isu hak asasi manusia.
Salah satu contoh paling jelas tentang hubungan antara sepak bola dan politik adalah Piala Dunia FIFA. Turnamen ini adalah salah satu yang paling dinanti di dunia, dan tuan rumah Piala Dunia dipilih melalui pemungutan suara yang melibatkan anggota FIFA. Pemilihan tuan rumah ini seringkali diwarnai oleh intrik politik, dengan negara-negara bersaing untuk memenangkan hak menjadi tuan rumah.
Pemilihan Rusia sebagai tuan rumah Piala Dunia 2018 adalah contoh terbaru yang mencolok. Meskipun kontroversial, pemilihan ini diputuskan oleh anggota FIFA, yang sebagian besar adalah perwakilan dari negara-negara anggota, sehingga unsur politik selalu hadir.
Ketika sebuah negara menjadi tuan rumah Piala Dunia, hal tersebut mampu menciptakan peluang diplomatik yang signifikan. Negara tersebut menjadi pusat perhatian dunia, dan ini adalah kesempatan bagi pemimpin politik untuk mempromosikan citra positif negara mereka di panggung internasional.
Selain itu, Piala Dunia juga dapat meningkatkan kunjungan wisata dan perdagangan, yang memiliki dampak ekonomi yang signifikan. Semua faktor ini membuat Piala Dunia menjadi peristiwa yang jauh lebih dari sekadar kompetisi olahraga; ia adalah pertunjukan diplomasi, politik, budaya, dan ekonomi yang melibatkan seluruh dunia.
Olahraga ini juga sering digunakan sebagai alat ekspresi politik. Para pemain, pelatih, dan bahkan suporter seringkali mengambil sikap politik dalam berbagai isu, termasuk isu-isu sosial, rasial, dan politik.
Contohnya, beberapa pemain sepak bola telah menggunakan panggung mereka untuk menyuarakan isu-isu penting, seperti perubahan iklim, hak asasi manusia, atau ketidaksetaraan sosial. Ini adalah contoh bagaimana sepak bola dapat menjadi wadah untuk mengangkat isu-isu politik dan mendapatkan perhatian global.
Selain itu, ultras atau suporter fanatik dalam dunia sepak bola juga seringkali memiliki elemen politik dalam dukungan mereka. Mereka dapat menggunakan pertandingan sepak bola sebagai platform untuk menyuarakan pandangan politik mereka, baik melalui spanduk, nyanyian, atau tindakan protes selama pertandingan. Hal ini terkadang dapat menciptakan ketegangan dan konflik, seperti yang terjadi dalam beberapa rivalitas antara klub atau tim nasional yang memiliki sejarah politik yang rumit.
Dalam beberapa tahun terakhir, isu-isu sosial seperti rasisme, seksisme, dan diskriminasi telah menjadi sorotan dalam dunia sepak bola. Pemain dan suporter sepak bola mulai menuntut perubahan dalam perilaku dan budaya sepak bola yang dianggap tidak menerima perbedaan. Ini adalah contoh bagaimana sepak bola dapat memengaruhi perdebatan sosial dan politik di seluruh dunia.
Ketika pemain seperti Marcus Rashford dari Manchester United atau Megan Rapinoe dari tim nasional Amerika Serikat mengambil sikap terhadap ketidaksetaraan sosial dan ketidakadilan, itu memunculkan perdebatan yang lebih luas tentang isu-isu ini di seluruh masyarakat. Ini juga dapat memaksa badan pengatur sepak bola, seperti FIFA dan UEFA, untuk mengambil tindakan lebih tegas dalam memerangi rasisme dan diskriminasi dalam olahraga.
Sepak bola sering kali memiliki hubungan erat dengan identitas nasional. Piala Dunia adalah momen di mana negara-negara bersaing untuk membuktikan superioritas mereka di panggung internasional. Kemenangan di Piala Dunia bisa membawa kebanggaan nasional dan memperkuat identitas negara tersebut. Namun, kekalahan di Piala Dunia juga bisa menjadi sumber frustrasi dan perdebatan dalam politik domestik.
Dalam beberapa kasus, konflik politik dapat memengaruhi sepak bola. Misalnya, rivalitas antara Serbia dan Kosovo di tingkat politik juga tercermin dalam persaingan antara klub-klub sepak bola dari kedua wilayah tersebut. Hal ini mencerminkan bagaimana sejarah politik dan konflik dapat memengaruhi dunia sepak bola, dan sebaliknya, bagaimana sepak bola dapat menjadi cerminan dari konflik politik yang lebih luas.
Meskipun ada banyak contoh bagaimana politik memengaruhi sepak bola, ada juga contoh bagaimana sepak bola dapat digunakan sebagai alat diplomasi. Ketika dua negara memiliki konflik politik, pertandingan sepak bola antara kedua tim nasional bisa menjadi kesempatan untuk meredakan ketegangan dan mempromosikan dialog damai.
Selain itu, pertandingan persahabatan antara negara-negara yang memiliki hubungan politik yang baik juga bisa menjadi simbol kerjasama internasional. Ini adalah contoh bagaimana sepak bola dapat digunakan untuk mempromosikan perdamaian dan diplomasi di tengah ketegangan politik di tingkat global.
Sepak bola dan politik adalah dua dunia yang saling berhubungan. Sepak bola memiliki kemampuan unik untuk menyatukan dan mempengaruhi masyarakat secara global, dan politik seringkali memengaruhi dunia sepak bola, baik dalam pemilihan tuan rumah Piala Dunia, isu-isu sosial yang dibawa oleh pemain dan suporter, atau bahkan konflik politik yang tercermin dalam rivalitas sepak bola.
Namun, sebaliknya, sepak bola juga dapat digunakan sebagai alat diplomasi dan perdamaian, membantu meredakan ketegangan politik di tingkat internasional. Dalam akhirnya, hubungan antara sepak bola dan politik adalah kompleks, dan tidak dapat dipisahkan sepenuhnya.
Penulis, Attar Zaidan Marundruri, mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP Unand
(*)