Hari Habitat Dunia 2023, Menteri PUPR dan Gita Wirjawan Diskusikan Kota Berkelanjutan

Puncak perayaan Hari Habitat Dunia dan Hari Kota Dunia di Auditorium Kementerian PUPR
Puncak perayaan Hari Habitat Dunia dan Hari Kota Dunia di Auditorium Kementerian PUPR, Jalan Pattimura, Jakarta Selatan, Selasa 31 Oktober 2023. (f/ist)

Ayonusa.com – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menutup bulan Oktober 2023 dengan menggelar acara puncak perayaan Hari Habitat Dunia dan Hari Kota Dunia di Auditorium Kementerian PUPR, Jalan Pattimura, Jakarta Selatan.

Di awal acara, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono didaulat memberikan sambutan. Basuki mengapresiasi Pameran Suatu Hari yang Baik 2045 yang dibuat oleh Direktorat Jenderal (Ditjen) Cipta Karya. Sebuah Pameran yang menggambarkan sejarah perkotaan di Tanah Air, serta proyeksi wajah kota di Indonesia di masa depan, puncaknya pada 2045 mendatang.

Basuki menilai pameran tersebut seharusnya memotivasi kita untuk mewujudkan kota berkelanjutan lebih cepat sebelum tahun 2045, ketika Republik Indonesia genap berusia satu abad. Cita-cita yang tertuang dalam semangat momentum Hari Habitat Dunia dan Hari Kota Dunia harus dimulai sekarang oleh setiap orang.

“Hari Habitat dan Hari Kota Dunia ini harus kita maknai betul untuk bisa mengubah perilaku kita, mengubah program-program pembangunan keciptakaryaan untuk menuju ke green city 2045,” ujar Basuki, 31 Oktober 2023.

Basuki mengatakan kementerian yang dipimpinnya telah banyak membangun infrastruktur untuk kelayakan dan kenyamanan permukiman perkotaan.

“Dengan kualitas infrastruktur yang lebih baik, semoga kita memiliki kota yang nyaman dan membuat kita lebih produktif,” kata Basuki.

Pak Bas, demikian Basuki sehari-hari biasa disapa, juga memaparkan kriteria kota yang baik.

“Kota yang baik adalah kota yang membuat warganya lebih produktif karena kecukupan airnya, sanitasinya, dan konektivitasnya yang baik,” sambung Basuki.

Di akhir sambutan, Basuki kembali menekankan keselarasan pembangunan infrastruktur perkotaan dan perubahan perilaku masyarakat yang mendukung terwujudnya kota yang menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan lingkungan. Kota yang hijau, lestari, dan ramah lingkungan.

Dukungan infrastruktur ini, masih menurut Basuki, harus berjalan seiring dengan perubahan perilaku masyarakat yang selaras dengan keberlanjutan kota.

“Untuk kota ini kita harus adaptasi menuju kota yang liveable, loveable, yang hijau supaya kita nyaman tinggal di kota tersebut. Tidak hanya secara fisik tapi juga perilaku kita harus berubah menuju pada perilaku hidup di kota yang baik,” pungkas Basuki.

Bincang Seru Tentang Kota (Biskota)

Peringatan Hari Habitat Dunia dan Hari Kota Dunia tahun ini mengambil tema nasional “Ekonomi Perkotaan yang Tangguh menuju Permukiman Berkelanjutan untuk Semua”. Tema ini bertujuan untuk mengingat besarnya kontribusi kota terhadap perekonomian nasional.

Acara disemarakkan dengan talkshow bertajuk Bincang Seru tentang Kota (Biskota) yang mengangkat tema “Ekonomi Kota Tangguh”.

Talkshow ini menghadirkan narasumber entrepreneur Gita Wirjawan, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak, dan Plt. Deputi Bidang Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas Tri Dewi Virgiyanti.

Dalam paparannya, Gita Wirjawan mengungkapkan keterkaitan pendidikan berkualitas yang mempengaruhi pola pikir dan perilaku masyarakat yang sadar pentingnya keberlanjutan lingkungan perkotaan.

“Kota tangguh ini harus kental dengan pengadaan SDM yang luar biasa, juga SDM yang punya mindset, needs, dan ability yang ini harus nyambung dengan kepentingan kita menyelaraskan hati kita, jiwa kita, dan perilaku kita, dengan planet kita,” papar Gita.

Menurut Gita, narasi sustainability dan carbon neutrality seperti yang ingin dicapai Indonesia di tahun 2050, gaungnya belum sampai 15-20% dari populasi dunia. Narasinya baru menyentuh perhatian masyarakat modern atau yang hidup di negara modern.

“Sedangkan 80-85% populasi yang ada di planet kita ini, berpikir gimana naruh makanan di atas meja, peduli amat itu dari batu bara atau apa. Yang penting itu masuk di daya beli mereka. Jadi gimana kita bisa merekonsiliasi narasi perkembangan atau pengembangan dengan narasi sustainabilty,” urai Gita.

Gita memaparkan bahwa skor PISA (Program for International Student Assessment) Indonesia masih kurang menggembirakan. PISA adalah studi internasional yang mengukur kemampuan siswa dalam literasi membaca, matematika, dan sains, untuk membandingkan kinerja pendidikan antara negara-negara.

Di Asia Tenggara, hanya ada 2 negara yang skor PISA-nya di atas rata-rata, yaitu Singapura dan Vietnam. Skor rata-rata dunia adalah 480. Sementara Indonesia saat ini berada di rangking 71 di dunia. Ranking 1 dengan skor PISA tertinggi ditempati Tiongkok, Singapura nomor 2, dan Vietnam sebentar lagi akan masuk ke lima besar.

“Untuk membuahkan kota tangguh ke depan. Kita harus sepakat mengenai penyikapan human capital kita. Kalau kita tidak menyikapi ini, sulit untuk kita mengaktualisasikan mimpi untuk membuahkan kota tangguh,” pungkas Gita.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *